Apresiasi Puisi Untuk Guru Ahmad Kecerdikan Cahyono
Dunia pendidikan lagi-lagi diterpa kemelut degradasi moral yang berkepanjangan. Pasalnya belumlah tuntas kasus-kasus yang menimpah para guru akhir pelaporan terhadap tindak kekerasan kepada murid. Lagi dan lagi dunia pendidikan harus berkabung atas meninggalnya guru kesenian dari Sampang yang diakibatkan tindak kekerasan dari salah satu oknum siswanya.
Berita ini sekarang menjadi sangatlah viral di medsos. Dari banyak sekali group medsos guru
Banyak yang menilai bahwa KPAI berat sebelah dalam menerapkan aturan kepada pelaku. Ini dikarenakan posisi pelaku masih dibawah umur.
Sejalan dengan bencana itu, banyak komentar dari guru yang menghujat pelaku dengan banyak sekali ujaran yang sangat memojokkan. Perilaku ini dilakukan alasannya ialah rasa geram guru sehabis melihat isu tersebut.
Tidak sedikit guru yang memperlihatkan empatinya kepada korban maupun keluarganya baik dengan penggalangan dana sosial bahkan hingga apresiasi puisi.
Berikut apresiasi puisinya.
*Muridku, Jangan Kau Ambil Nyawaku*
_Karya: Cecep Gaos_
Muridku...
Gajiku memang kecil. Tapi itu tak menghalangiku tuk memperlihatkan yang terbaik untukmu. Sepenggal waktu yang kuambil dari keluargaku telah kuberikan padamu. Sekeranjang cinta yang kubawa dari rumahku, telah ku sajikan untukmu. Sekotak kasih sayang yang kucuri dari istriku telah kupersembahkan untukmu.
Muridku...
Mungkin kamu tersinggung dengan teguranku. Bisa saja hatimu terluka oleh ucapanku. Jiwamu pun tercabik oleh lisanku. Jika memang menyerupai itu, maafkanlah aku.
Tapi muridku...
Semua itu, saya lakukan sebagai bukti cintaku padamu. Itu semua bentuk kasih sayang yang bisa kuberikan. Seperti cinta dan kasih sayang orangtuamu padamu, yang selalu mengharapkan anaknya berakhlak dan berilmu.
Muridku...
Jangan kamu ambil nyawaku. Keluargaku di rumah sedang menungguku. Istriku yang sedang mengandung buah hatiku, sedang berharap cemas menanti kehadiranku. Ia mengharapkan kedatanganku, tuk membawa pulang sekeranjang cinta dan sekotak kasih sayang yang kucuri darinya untukmu.
Muridku...
Kini ku hanya bisa menatap istriku dari jauh, tanpa ku bisa mengusap linangan air matanya. Ku hanya bisa melihat kesedihannya yang mendalam, tanpa ku bisa memeluknya. Ku hanya bisa memandangi perutnya yang mulai membesar dengan penuh kegetiran, tanpa ku bisa mengusap dan menciumnya.
Muridku...
Kini ku hanya bisa berharap, biar Tuhan selalu melindungi istri dan calon buah hatiku.
#CG @Karawang, 02-02-2018
*Puisi ini saya persembahkan sebagai doa dan ucapan bela sungkawa atas meninggalnya Pak Ahmad Budi Cahyono, seorang guru SMAN 1 Torju Kab. Sampang, yang meninggal dianiaya oleh salah seorang muridnya.*
Semoga bencana ini bisa memperlihatkan pesan yang tersirat yang sangat dalam Pada dunia pendidikan terutama pada orangtuanya yang sebagai ujung tombak dalam mendidik abjad anak-anaknya.
Berita ini sekarang menjadi sangatlah viral di medsos. Dari banyak sekali group medsos guru
Banyak yang menilai bahwa KPAI berat sebelah dalam menerapkan aturan kepada pelaku. Ini dikarenakan posisi pelaku masih dibawah umur.
Sejalan dengan bencana itu, banyak komentar dari guru yang menghujat pelaku dengan banyak sekali ujaran yang sangat memojokkan. Perilaku ini dilakukan alasannya ialah rasa geram guru sehabis melihat isu tersebut.
Tidak sedikit guru yang memperlihatkan empatinya kepada korban maupun keluarganya baik dengan penggalangan dana sosial bahkan hingga apresiasi puisi.
Berikut apresiasi puisinya.
*Muridku, Jangan Kau Ambil Nyawaku*
_Karya: Cecep Gaos_
Muridku...
Gajiku memang kecil. Tapi itu tak menghalangiku tuk memperlihatkan yang terbaik untukmu. Sepenggal waktu yang kuambil dari keluargaku telah kuberikan padamu. Sekeranjang cinta yang kubawa dari rumahku, telah ku sajikan untukmu. Sekotak kasih sayang yang kucuri dari istriku telah kupersembahkan untukmu.
Muridku...
Mungkin kamu tersinggung dengan teguranku. Bisa saja hatimu terluka oleh ucapanku. Jiwamu pun tercabik oleh lisanku. Jika memang menyerupai itu, maafkanlah aku.
Tapi muridku...
Semua itu, saya lakukan sebagai bukti cintaku padamu. Itu semua bentuk kasih sayang yang bisa kuberikan. Seperti cinta dan kasih sayang orangtuamu padamu, yang selalu mengharapkan anaknya berakhlak dan berilmu.
Muridku...
Jangan kamu ambil nyawaku. Keluargaku di rumah sedang menungguku. Istriku yang sedang mengandung buah hatiku, sedang berharap cemas menanti kehadiranku. Ia mengharapkan kedatanganku, tuk membawa pulang sekeranjang cinta dan sekotak kasih sayang yang kucuri darinya untukmu.
Muridku...
Kini ku hanya bisa menatap istriku dari jauh, tanpa ku bisa mengusap linangan air matanya. Ku hanya bisa melihat kesedihannya yang mendalam, tanpa ku bisa memeluknya. Ku hanya bisa memandangi perutnya yang mulai membesar dengan penuh kegetiran, tanpa ku bisa mengusap dan menciumnya.
Muridku...
Kini ku hanya bisa berharap, biar Tuhan selalu melindungi istri dan calon buah hatiku.
#CG @Karawang, 02-02-2018
*Puisi ini saya persembahkan sebagai doa dan ucapan bela sungkawa atas meninggalnya Pak Ahmad Budi Cahyono, seorang guru SMAN 1 Torju Kab. Sampang, yang meninggal dianiaya oleh salah seorang muridnya.*
Semoga bencana ini bisa memperlihatkan pesan yang tersirat yang sangat dalam Pada dunia pendidikan terutama pada orangtuanya yang sebagai ujung tombak dalam mendidik abjad anak-anaknya.
0 Response to "Apresiasi Puisi Untuk Guru Ahmad Kecerdikan Cahyono"
Posting Komentar